Memasang AC dalam sebuah ruangan menimbulkan kenyamanan dari udara sejuk yang dihasilkannya. Terlebih selepas beraktivitas seharian di luar ruang.
Tak heran bila kebutuhan akan perangkat AC ini semakin besar. Seperti di kamar tidur, contohnya, penggunaannya di dalam rumah terus meluas hingga di ruang bermain anak, ruang kerja di rumah bahkan ruang khusus bagi keluarga berkumpul untuk menikmati hiburan dari TV.
Namun mungkin tak banyak yang sadar, hembusan udara sejuk dari perangkat ini membawa konsekuensi pada semakin meningkatnya tagihan listrik yang harus dibayar setiap bulannya.
Tak cuma dari daya listrik pengoperasian sebuah AC. Jumlah unit dan durasi penggunaan tiap hari yang biasanya dalam jangka waktu panjang pun menjadi faktor yang membuat AC berkontribusi besar pada tingginya tagihan listrik bulanan.
Tak heran bila akhirnya label besaran tegangan dari sebuah AC seolah menjadi pegangan utama bagi sebagian besar masyarakat dalam membeli AC. Tak heran pula bila berbagai pabrikan memajang besar-besar rendahnya daya listrik yang dibutuhkan untuk menarik minat calon pembelinya.
Bila melihat pada kategorinya, di samping besaran kekuatan pendinginan yang sering ditunjukkan pada PK (1/2 PK, 1PK), sebenarnya terdapat setidaknya tiga kategori AC. AC Standar, AC Low Watt dan AC Inverter.
Pada masanya, AC Low Watt atau kadang disebut AC watt rendah hadir sebagai tawaran baru yang menjawab kebutuhan hemat listrik. Tersirat kuat dari namanya, AC ini menawarkan konsumsi listrik lebih rendah. Cara kerjanya dengan membatasi daya listrik pada saat pengoperasian.
Namun masalah baru muncul. Daya listrik rendah berimbas pada lamanya waktu yang dibutuhkan bagi perangkat AC Low Wattage untuk mencapai derajat kesejukan suhu yang diinginkan. Pasalnya, pengguna sering tak cukup sabar menunggu proses pendinginan ini sampai pada derajat sejuk yang diinginkan.
Sebenarnya, pabrikan elektronik bukannya tak punya solusi untuk mengatasi hal ini. Bila menginginkan AC hemat listrik dengan pendinginan cepat, AC inverter menjadi jawabannya. Hal ini dapat terjadi dari kerja unik kompresor berteknologi inverter di dalamnya.
Bila AC lain, kompresor akan bekerja hingga derajat kesejukan yang diinginkan pengguna tercapai. Saat suhu ruang sudah sesuai keinginan pengguna, kompresor akan otomatis mati. Kompresor baru akan menyala kembali saat terjadi kenaikan suhu hingga beberapa derajat tertentu menjauhi dari yang ditentukan sebelumnya.
Kadangkala, hal tersebut dapat mudah dikenali dengan bunyi khas yang keluar dari AC. Proses menyala dan mati kembali secara berulang sepanjang pemakaian inilah biang dari tingginya daya listrik yang diperlukan.
Beda halnya dengan kompresor inverter. Saat suhu ruang sudah sesuai dengan keinginan pengguna, kompresor akan tetap menyala. Hanya geraknya saja yang melambat sambil mempertahankan suhu ruang sesuai yang diinginkan.
Hingga pada kenaikan suhu beberapa derajat bedanya dari yang ditentukan sebelumnya, kompresor inverter akan otomatis menyesuaikan laju pergerakannya untuk mengembalikan suhu kembali sesuai keinginan. Gerak otomatis dengan kecepatan dinamis yang menyesuaikan kebutuhan ini membuat kebutuhan total daya listrik sepanjang pengoperasian menjadi lebih rendah.
0 komentar:
Posting Komentar